Selasa, 22 November 2011

Nasihat Dari Tukang Becak


Malam itu aku pulang dari perjalan ke Madura, kulihat jam sudah menunjukkan 00.00 malam. Aku turun di dekat Perak. Kutengok kanan kiri tak ada satu pun kendaraan yang dapat aku tumpangi. Akhirnya ada tukang becak yang lewat kupanggil dan aku lakukan tawar menawar untuk mengantarkanku ke kosanku di Gebang. Awalnya beliau berpikir sejenak mungkin dalam benaknya terlalu jauh, tetapi akhirnya beliau mau dengan upah 30 ribu rupiah. Aku pun bersyukur.
Dalam perjalanan aku mengajak berbicara dengan beliau, seperti biasa aku perkenalkan diriku dulu dan kemudian beliau memperkenalkan dirinya. Umar namanya, beliau asli orang Surabaya, sudah bertahun-tahun beliau bekerja sebagai tukang becak, maka tak heran jika beliau tahu lokasi-lokasi di Surabaya. Beliau menceritakan keadaan keluarganya. Beliau dikarunai lima orang anak, dan semuanya tak tamat SMP, bahkan ada yang tak tamat SD. Beliau sangat bersahaja dan jujur, senyum di wajahnya terlihat ketegaran serta kesabaran dalam menghadapi hidup ini. Beliau mulai bekerja sore hari dan diakhiri jam delapan pagi, memang beliau lebih suka bekerja di malam hari, beliau tak mengatakan mengapa beliau lebih suka bekerja di malam hari, mungkin dikarenakan cuaca kota Surabaya yang sangat panas di siang hari. Tak banyak uang yang dapat beliau kumpulkan setiap harinya, hanya cukup untuk menyambung hidup.
Kata-kata yang membuatku tergugah dan tersadar adalah, aku harus bersyukur karena aku dapat berkuliah di salah satu kampus terbaik di Indonesia, karena tak banyak orang yang mendapatkan kesempatan seperti yang aku dapatkan. Beliau menaruh harapan besar pada generasi bangsa agar menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik dan tak membuat orang-orang seperti beliau tersingkirkan dan terlupakan. Beliau berpesan kalau sudah berhasil janganlah lupa pada yang Kuasa, jangan sampai kesuksesan yang didapat dapat memalingkan dari tuhan.
Aku mulai berpikir, aku sudah dikaruniai nikmat yang besar dari tuhan, tetapi aku masih terlena dan belum berseungguh-sungguh, aku merasa telah berkhianat dan berdosa. Betapa tidak, banyak orang yang ingin kuliah serta mendapatkan pendidikan, malah aku yang sudah mendapatkan itu belum memanfaatkan dengan maksimal, kadang rasa malas melanda diriku, kadang rasa bosan, tak puas menghantui hatiku. Semoga aku tetap konsiten dan teguh dalam memegang amanah ini. Dan semoga Indonesia ini lebih baik.

4 komentar:

  1. hah.... dari perak ke gebang...
    kuat tuh orang???
    amaxing....

    BalasHapus
  2. @ far15 : Ya demi membantu orang dan juga demi mencari nafkah. Tapi aku sangat kagum padanya

    BalasHapus
  3. kejem nih zainul, masa' tukang becaknya udah tua kamu paksa ngayuh segitu jauhnya, pakai nawar harga lagi (peace he . . . he . . . he . . .)

    BalasHapus

Mari kita biasakan untuk tidak COPAS, dan tinggalkan komentar untuk blog ini. Terima kasih